BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa dimana
seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh
dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat rentan
sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.
Melihat berbagai fakta yang terjadi saat
ini, tidak sedikit para remaja yang terjerumus ke dalam lembah perzinahan (Free
sex), disebabkan terlalu jauhnya kebebasan mereka dalam bergaul, faktor utama
masalahnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas
pergaulan antara pria dan wanita. Disamping itu didukung oleh arus modernisasi
yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan kita mengakibatkan masuknya
budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat..
Rusaknya moral remaja dipengaruhi oleh
beberapa hal dan yang paling dominan mempengaruhi perubahan moral remaja adalah
faktor pergaulan. Oleh karena itu, dengan adanya latar belakang permasalahan
yang telah dipaparkan tersebut diatas. Disusunlah makalah mengenai permasalahan
remaja terkait pergaulan bebas dengan judul makalah “Pergaulan Bebas Remaja ditinjau
dari segi moral”.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut.
1) Apa faktor yang menyebabkan timbulnya pergaulan bebas di
kalangan remaja?
2)
Bagaimana strategi untuk mengatasi
masalah pergaulan bebas?
3)
Bagaimana hubungan pergaulan bebas di
era modernisasi sebagai pemicu runtuhnya moral bangsa ?
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan makalah ini
sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan
timbulnya pergaulan bebas.
2)
Untuk
mengetahui strategi untuk mengatasi masalah pergaulan bebas.
3)
Untuk
mengetahui hubungan pergaulan bebasdi era modernisasi sebagai pemicu runtuhnya
moral bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor Penyebab Timbulnya Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja
Pergaulan remaja di
Indonesia sangat mengkhawatirkan. Karena tidak dapat
dipungkiri bahwa remaja
era sekarang mempunyai sifat ingin
bebas dalam bergaul sehingga mereka merasa senang. Namun kebebasan dalam bergaul juga
harus dibatasi, jangan sampai pergaulan yang mereka ikuti adalah pergaulan yang
justru akan membuat mereka menyesal di kemudian hari, pergaulan yang akan
menghambat cita-cita tinggi mereka,cita-cita yang sejak kecil mereka impikan menjadi
hancur hanya karena salah
pergaulan. Remaja mempunyai sifat yang cukup labil
sehingga mereka tidak memiliki pendirian yang tetap, emosi yang tidak stabil
dan tidak dapat menguasai dorongan nafsu yang ada. Hal tersebut terjadi bukan
tanpa sebab. Kebanyakan
kenakalan remaja dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya sebagai berikut :
a. Salahnya
Pergaulan dan Kurangnya Pengawasan Orang Tua
Hal terpenting dalam perkembangan moral, mental dan sifat
remaja adalah kasih sayang dari kedua orangtua, bila hal ini tidak ada dalam
keluarga maka remaja akan cenderng mempunyai sifat yang seakan-akan hidup penuh
dengan kebebasan, tanpa ada aturan dan bimbmbingan dari orangtua dan bertindak
sesuka hati, bebas alam memilih pergaulan. Dalam hal ini remaja mempunyai sifat
pemarah, keras kepala dan susah untuk diatur. Jika
kasih sayang dari orangtua sudah tidak ada, maka pengawasan dari orangtuan pun akan berkurang, sehingga orangtua tidak tahu apa yang dilakukan
remajanya di luar sana, kemudian remaja bisa bertindak lebih leluasa dan bebas.
b.
Pergaulan
dengan teman yang tidak sebaya
Pergaulan dengan
teman yang tidak sebaya akan berpengaruh buruk pada perkembangan moral remaja.
Kebanyakan remaja yang berteman dengan teman yang usianya lebih tua, mereka
akan mendapatkan banyak hal baru yang seharusnya belum
mereka ketahui karena belum cukup umur, hal inilah yang
memicu terjadinya rasa penasaran dalam pikiran remaja. Jika hal ini diteruskan akan berbahaya
bagi perkembangan psikologi remaja.
c. Remaja
lebih mampu berekpsresi
Banyak yang
bilang pergaulan remaja saat ini sudah sangat jauh berubah dibandingkan pada
masa-masa sepuluh tahun silam. Remaja sekarang lebih mampu berekspresi pada
emosi dan mengungkapkan perasaan tanpa sembunyi-sembunyi dan malu seperti dulu.
Sudah lumrah saat kita melihat remaja mengungkapkan kemarahan,sedih dan
kegembiraannya dengan kata-kata yang terucap secara langsung,tanpa basa-basi
seperti halnya remaja pada zaman dahulu.Dengan biasa mereka mengekspresikan
perasaan cinta dan sayang pada pacar mereka di tempat-tempat umum.Sudah umum
dilihat saat ini bila di mall-mall para remaja biasa bergandengan
tangan,berpelukan bahkan berciuman. Dengan membebaskan perasaan dan isi
hati,mereka juga mengharapkan kebebasan dan ketenangan jiwa.Bila
dikekang,mereka nampak begitu sedih dan terkekang.Tapi bila pergaulan terlalu
dibebaskan juga sangat mengkhawatirkan.
d. Lemahnya
Akses Akan informasi Tentang HIV/AIDS yang Benar
Kini semakin sering kita dengar remaja
dihubungkan dengan kejadian HIV/AIDS.Hal ini sangatlah masuk akal karena
interaksi remaja di lingkungan sosialnya memungkinkan terjadi kontak
dengan virus HIV dari pergaulannya.Saat ini di dunia ada sekitar 10 juta remaja
hidup dengan HIV/AIDS.Pada saat yang sama remaja juga adalah kelompok paling
pontensial sebagai sebuah pilihan untuk menjadi penggerak utama untuk berperan
dalam menurunkan angka kejadian infeksi baru HIV.
Selain itu juga disebabkan karena
tekanan dari pergaulan sebayanya, ketidakmampuan menmikirkan resiko, ketidakberdayaan
dalam mengambil keputusan termasuk menyatakan tidak buat narkoba, ketidaktahuan
dalam menjalankan seks yang aman dan akses pelayanan yang terbatas terhadap
penggunaan kondom itu sendiri.
e.
Tidak
adanya bimbingan kepribadian dari sekolah
Di sekolah siswa
bukan hanya di berikan ilmu pengetahuan, tetapi juga harus diberikan pendidikan
kepribadian dan moral. Sehingga mereka tau bagaimana seharusnya menjalani
hidup, hal-hal apa yang harus mereka lakukan dan hal-hal apa yang harus mereka
hindari.
f.
Dasar-dasar
agama yang kurang
Hal yang saat ini
kurang diperhatikan oleh para orangtua adalah masalah pendidikan agama mereka
hanya memikirkan bagaimana anaknya bisa menghadapi persaingan dibidang ilmu
pengetahuan di masa mendatang, sehingga orangtua sekarang lebih mengutamakan
anaknya untuk menuntut ilmu pengetahuan ada juga orangtua yang merasa kurang
dengan ilmu yang diberikan di sekolah, sehingga mereka harus mingukutkan
anaknya dengan pelajaran tambahan atau les, sehingga tidak ada waktu untuk
belajar agama atau mengaji. Sehingga anak kurang begitu
mengetahui tentang masalah agama.
2.2 Strategi
untuk Mengatasi Masalah Pergaulan Bebas
Merebaknya
pergaulan (free sex) di kalangan anak muda, khususnya kalangan pelajar dan
mahasiswa, menjadi pemicu runtuhnya degradasi moral di kalangan mereka. Untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut, diperlukan kerjasama semua pihak.
Pengawasan orang tua, pendidikan di sekolah, pergaulan di masyarakat dan perlu
ditanamkan pemahaman agama yang kuat dalam diri mereka. Penanggulangan HIV/AIDS di kalangan remaja menjadi suatu hal yang penting
dan strategis untuk dilakukan.Kurangnya pengetahuan,ketiadaan akses dan masih
adanya gender yang berkembang di kalangan remaja adalah beberapa faktor yang
mengakibatkan penyakit HIV / AIDS tersebut berjalan cepat.
Penyakit HIV/AIDS menjadi ancaman global dan nasional karena pada kenyataannya
jumlah kasus yang belum tercatat jauh lebih besar.Sudah saatnya remaja menjadi
subyek dan bukan lagi obyek yaitu dengan memberdayakan remaja dalam kegiatan
pencegahan terutama dikalangan sebayanya. Beberapa strategi-strategi sangat
perlu direalisasikan. Strategi yang
bisa dimunculkan adalah sebagai berikut :
1)
Memberdayakan remaja agar bisa
menumbuhkan kesadaran dan solidaritas bersama untuk bisa mendapatkan pengakuan,memperjuangkan
hak-hak remaja,terutama hak-hak reproduksi dan seksual remaja.
2)
Mendesak pemerintah agar bisa mengambil
keputusan yang pro remaja dengan mengubah regulasi,kebijakan,program dan
anggaran agar bisa mendukung pemenuhan hak informasi dan pelayanan HIV/AIDS
pada remaja berdasarkan kebutuhan remaja.
3)
Melibatkan remaja dalam proses
pengambilan keputusan,perencanaan,implementasi dan monitoring.
4)
Mengembangkan akses
informasi,pelayanan,konseling,pendampingan dan pelayanan kepada remaja.
5)
Meningkatkan kerjasama,koordinasi dan
jaringan dengan sektor swasta,LSM dan organisasi remaja,lembaga pemerintah.
Dalam menjalani
kehidupan alangkah baiknya bila remaja dibekali dengan ilmu yang bermanfaat
baik dari lingkungan sosial maupun di sekolahnya. Berikut ini merupakan hal-hal
yang bisa dilakukan untuk menghindari pergaulan bebas.
1)
Kegagalan mencapai identitas peran dan
lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan.
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang
telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2)
Adanya motivasi dari keluarga, guru,
teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3)
Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi
keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi
remaja.
4)
Remaja pandai memilih teman dan
lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di
komunitas mana remaja harus bergaul.
5)
Remaja membentuk ketahanan diri agar
tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada
tidak sesuai dengan harapan.
6)
Mendapatkan pengetahuan tentang sex education agar paham bahaya free sex.
2.3 Hubungan Pergaulan Bebas di
Era Modernisasi Sebagai Pemicu Runtuhnya Moral
Era globalisasi didominasi dengan
pesatnya perkembangan informasi,dan teknologi. Keadaan ini telah membawa
perubahan besar terhadap kehidupan masyarakat terutama remaja dalam segi
perkembangan moral. Perubahan itu mengusung kumajuan yang luar biasa,sekaligus
menimbulkan kegelisahan di kalangan orang banyak. Semua itu telah membawa
perubahan besar terhadap perilaku manusia yang menjadi wilayah kompetisi
moral.Sekarang banyak orang mulai mempertanyakan kembali kompetisi kemampuan
moral untuk mengantisipasi,mengatur dan mengendalikan moral masyarakat.
Tidak dapat disangkal dalam hidup manusia
kebebasan merupakan suatu realitas yang amat kompleks. Kebebasan mempunyai
banyak aspek dan banyak karakteristik. Sudah dalam bahasa sehari-hari kata “Bebas”
dipakai lengan berbagai nuansa dan semakin tingginya frekuensi arus globalisasi
di era modernisasi sangat berpengaruh besar terhadap pergaulan bebas dengan lawan
jenis baik di perkotaan maupun di pedesaan.Kondisi semacam ini juga sangat berpengaruh
terhadap ideologi masyarakat,sehingga ada sebagian mereka beranggapan kalau
tidak bergaul dengan lawan jenis maka dinilai ketinggalan zaman.Inilah salah
satu dampak arus globalisasi.Oleh karena itu dalam kondisi semacam ini manusia
di tuntut untuk lebih berhati-hati dalam bertindak.
Ternyata
pergaulan bebas itu tidak hanya sebatas bergaul melainkan terkadang
mendorong untuk melakukan hal yang lebih tidak di sukai oleh agama,seperti
bercumbu rayu,berciuman dan bahkan terjebak dalam perzinahan. Secara mendasar ternyata
hal semacam ini karena kebebasan di artikan bebas secara mutlak tanpa ada
butir-butir aturan yang menjaga jarak antara mereka.
Perbuatan
zina sudah menyebar mulai dari perkotaan hingga ke pelosok-pelosok
pendesaan.Baik zina yang di lakukan atas dasar suka sama suka ataupun atas
dasar pemaksaan(pemerkosaan). Bahkan mulai menggerogoti beberapa lembaga
pendidikan,yang notabene merupakan tolak ukur dan wajah masa depan
bangsa.Adanya siswa sekolah yang hamil di luar nikah,mahasiswa yang hidup bersama
dalam satu kontrakan,rumah atau kos tanpa ada ikatan pernikahan. Bahkan lebih
tragis lagi adanya hubungan badan antara orang tua dengan anak dan adanya
orang-orang tua yang sudah berkeluarga masih juga mencari partner untuk
selingkuh.Rapuhnya fondasi agama merupakan salah satu faktor besar yang
menyebabkan munculnya kemaksiatan,kemungkaran,dan perzinaan.selain itu juga
tidak adanya kesadaran akan prinsip-prinsip dan norma-norma agama yang harus di
junjung tinggi dan karena agama tidak menjadi bagian dari kepribadiannya.
Pergaulan
bebas diartikan sebagai suatu pergaulan yagn tidak memiliki batasan,
mengabaiakan norma-norma agama maupun sosial masyarakat. Karena itu, pergaulan
ini cenderung mengarah ke pada hal-hal yang negative, seperti sex bebas,
pemakaian narkoba, kehidupan malam di tempat hiburan dan lain-lain.
ABG
atau Anak Baru Gede adalah subyek yagn paling banyak terjun pada pergaulan
bebas. Ini bisa dipahami karena banyak anak muda masih sangat labil. Meraka
kadang susah baik membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi
perkembangan hidup mereka,
Sex bebas artinya
ada dua orang melakukan hubungan suami istri tanpa ikatan pernikahan. Perbuatan
itu bisa berujung kehamilan di luar nikah. Hal ini tentunya sangat memalukan
bagi siapa saja, terutama masyarakat Indonesia yang masih memegang adat
ketimuran. Seks bebas akan berakibat hamil di luar nikah. Bila sudah begitu
biasanya mengambil jalan pintas untuk mengugurkan kandungan. Hal ini jelas
jelas membahayakan bagi kesehatan wanita, selain harus menanggung malu.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pergaulan remaja
saat ini cenderung ke arah pergaulan bebas,terbukti banyaknya para remaja yang
menggunakan Narkotika dan melakukan seks bebas.Disinilah peran orang tua
sangatlah penting untuk membentuk pola pikir mereka jadi lebih baik
dan melakukan hal-hal yang positif.Orang tua juga harus memberi pengarahan
tentang bahaya narkoba dan seks bebas. Dalam hal ini, perkembangan moral anak
dipengaruhi pengawasan dan didikan orangtua tehadap anak dan yang paling berpengaruh
adalah pergaualan anak dengan teman-temannya.Orangtua dan pihak masyarakat
harus bersama-sama menjaga dan mengawasi pergaulan anak.
3.2
Saran
Orang tua harus
berperan dalam mengawasi tingkah laku anak.Hal ini sangatlah penting,namun
mereka tidak berhak bertindak otoriter terhadap anak dan harus menjalankan
fungsi sebagai orang tua dengan baik, diantaranya memberikan kasih sayang,
pendidikan budi pekerti, serta mengajarkan cinta kasih terhadap sesama.Sehingga
terjadi keselarasan antara anak dengan orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
Djakfar, muhammad. 2007. Agama,Etika,dan
Ekonomi. Malang: UIN-Malang press.
Senali, moh saifulloh A. 2009. Pembina Akhlak
Umat. Surabaya: Terbit Terang.
Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.