Kamis, 27 Februari 2014

HASIL BELAJAR PROGRAM AKSELERASI DALAM EVALUASI PENDIDIKAN



HASIL BELAJAR PROGRAM AKSELERASI
                                           DALAM EVALUASI PENDIDIKAN      

Oleh :
Probohayu Pertiwi Kusumaning Mastuti
100711403402 / B

A.  PENGERTIAN PROGRAM AKSELERASI
Colangelo (1991) menyebutkan bahwa istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan oleh lembaga pendidikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan. Kelas akselerasi sebagai model pelayanan, siswa meloncat kelas dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelasdi atasnya.Selain itu, Akselerasi sebagai model kurikulum, berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnyabelum diberikan pada siswa saat itu.
Dalam hal ini, akselerasi dapat dilakukan dalam kelas regular yang khusus dan fasilitas ruang sumber yang baik sehingga siswa dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu tahun atau dengan cara self-paced studies, yaitu siswa mengatur kecepatan belajarnya sendiri.
Calangelo mengatakan bahwa akselerasi sebagai model pelayanan, gagal dalam memenuhi kurikulum deferensiasi bagi anak berbakat. Sebagai model kurikulum, akselerasi akan membuat anak berbakat menguasai banyak isi pelajaran dalam waktu yang sedikit. Anak-anak ini dapat menguasai bahan ajar secara cepat dan merasa bahagia atas prestasi yang dicapainya. Di samping dari segi ekonomis waktu, secara umum bentuk akselerasi juga menimbulkan masalahpada pihak sekolah sebagai penyelenggara dan guru, terutama dari sisi keterampilan dan manajemen waktu yang terhitung sangat cepat.
Menurut Mudjia Rahardjo Msc(2008) akselerasi pengembangan pendidikan di barat melebihi apa yang ada di Indonesia. Akselerasi adalah percepatan menuju kesempurnaan dan kecanggihan. Tanpa ada akselerasi, pendidikan akan mengalami set back, tidak mampu mengikuti perkembangan zaman, apalagi memandu perubahan zaman yang berjalan cepat.
Indonesia sudah mulai menerapkan program akselerasi, sistem dan prosesnya jelas masih mengikuti sistem akselerasi di Barat. Sehingga tidak menutup kemungkinan keberhasilan yang diraih siswa dalam program tersebut mencapai titik keemasan dan kepuasan tersendiri bagi siswa sendiri dan orang tuanya. Indonesia menerapkan program belajar cepat dengan meringkas waktu balajar yang seharusnya pelajaran 1 tahun menjadi 6 bulan sehingga sekolah yang harusnya ditempuh selama 3 tahun menjadi 2 tahun. Hal ini adalah salah satu sistem yang digunakan di Indonesia dalam menjalankan program akselerasi sebagai Program percepatan belajar bagi siswa yang memiliki kecerdasan intelektual yang cukup istimewa.
Dalam program akselerasi, Guru berperan sebagai aktor akselerasi pendidikan sehingga ia pun memacu kompetensinya secara maksimal. Karena akselerasi pendidikan inilah, guru mempunyai peran sebagai seorang pioneer yang aktif, kreatif, dan progressif  dalammengembangkan diri, sehingga murid-muridnya menjadi anak didik yang berkualitas dalam pendidikan.
Menurut Bloom, prestasi akademik atau prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintetisdan evaluasi. Dalam suatu proses pembelajaran, siswa dituntut wajib memiliki suatu prestasi akademik sesuai kemampuan yang dimilikinya. Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik bersifat internal seperti intelegensi,motivasi belajar, minat, bakat, sikap, persepsi dan kondisi fisik, sedangkan yang bersifat eksternal adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Siswa yang memiliki keberbakatan akademik tidaklah sama dengan siswa lainnya, hal ini dikatagorikan sebagai siswa yang underachievement, yaitu prestasi yang ditampilkan secara signifikan di bawah  potensi prestasi akademiknya.

KONSEP DASAR EVALUASI PENDIDIKAN
Sebagaimana dikemukakan oleh Edwint Wandt dan Gerald W, Brown (1997) bahwa evaluasi itu menunjuk kepada “ suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu “. Definisi evaluasi yang dikemukakan Edwint Wandt dan Gerald W, Brown untuk memberikan  definisi tentang evaluasi pendidikan adalah sebagai suatu tindakan atau kegiatan yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan. Secara singkatnya, Evaluasi Pendidikan adalah kegiatan penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui kualitas serta hasil belajar siswa.
Berbicara tentang pengertian evaluasi pendidikan di Indonesia, lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan mengenai evaluasi pendidikan sebagai berikut :
1)      Evaluasi Pendidikan merupakan proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan.
2)      Evaluasi Pendidikan merupakan usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi penyempurnaan pendidikan.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka apabila definisi tentang evalusi pendidikan itu dituangkan dalam bentuk bagan yang mengandung unsur-unsur evaluasi pendidikan sebagai berikut :
a.       Hasil-hasil Pendidikan yang telah dapat dicapai
b.      Tujuan Pendidikan yang telah ditentukan


Dalam Evaluasi Pendidikan dapat dilihat bahwa dalam proses penilaian, dilakukan pembandingan antara informasi-informasi yang telah berhasil dihimpun dengan kriteria tertentu, untuk kemudian diambil keputusan atau dirumuskan kebijakan tertentu. Kriteria atau tolok ukur yang dipegang adalah tujuan yang sudah ditentukan terlebih dahulu sebelum kegiatan pendidikan itu dilaksanakan.
Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakikatnya berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran (measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi
meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan.
Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen.Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang memuaskan maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidak mernuaskan maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

B.  PEMBAHASAN MATERI
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional disebutkan bahwa untuk memperhatikan keberagaman peserta didik perlu diselenggarakan pendidikan khusus. Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan belajar dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental sosial dan memiliki potensi serta bakat yang istimewa.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan.Peningkatan kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran (instructional quality) karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.
Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembelajaran adalah merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas program pembelajaran memerlukan informasi hasil evaluasi terhadap kualitas program pembelajaran sebelumnya. Dengan demikian, untuk dapat melakukan pembaharuan program pendidikan, termasuk di dalamnya adalah program pembelajaran kegiatan evaluasi terhadap program yang sedang maupun telah berjalan sebelumnya perlu dilakukan dengan baik. Untuk dapat menyusun program yang lebih baik,  hasil evaluasi program sebelumnya merupakan acuan yang tidak dapat ditinggalkan.
Widyastono(2001) menyatakan bahwa strategi penyelenggaraan pendidikan bersifat klasikal-massal yang selama ini dilakukan adalah memberikan perlakuan yang standart pada siswa.Sehingga agar siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat berprestasi sesuai dengan potensinya.Maka diperlukan pelayanan pendidikan yang berdifferensiasi bagi siswa yang memiliki bakat dapat diimplementasikan melalui penyelenggaraan program percepatan belajar atau akselerasi.
Program percepatan belajar diterapkan mulai jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Siswa yang memiliki bakat akademik yang luar biasa di tingkat SD mampu belajar selama 5 tahun sedangkan SMP dan SMA selama 2 tahun.Program Percepatan Belajar akselerasi digunakan sebagai salah satu strategi alternative yang relevan untuk memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan potensi siswa agar siswa memiliki prestasi belajar dengan hasil belajar yang maksimal.
Dalam Sistem Pendidikan dalam proses pembelajaran, siswa tidak akan lepas dari penilaian atau evaluasi. Evaluasi merupakan sub sistem yang sangat penting dan sangat di butuhkan dalam setiap sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan  seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari solusi untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.
Tanpa evaluasi, kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik. Jadi secara umum evaluasi adalah suatu proses sistemik umtuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.
Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

C. KESIMPULAN
Program Pembelajaran merupakan salah satu bentuk program, karena pembelajaran yang baik memerlukan perencanaan yang matang dan dalam pelaksanaanya melibatkan berbagai orang, baik guru maupun siswa, memiliki keterkaitan antara kegiatan pembelajaran yang satu dengan kegiatan pembelajaran yang lain, yaitu untuk mencapai kompetensi bidang studi yang pada akhirnya untuk mendukung pencapaian kompetensi lulusan, serta berlangsung dalam organisasi.
Agar pembelajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu dibuat suatu program pembelajaran. Program pembelajaran yang biasa disebut juga dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan panduan bagi guru atau pengajar dalam melaksanakan pembelajaran.Namun, program pembelajaran yang dibuat oleh guru tidak selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah agar program pembelajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada program pembelajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pembelajaran.
Program akselerasi adalah salah satu program pendidikan untuk mencetak siswa yang berkualitas tinggi dan luar biasa.Dalam program akselerasi siswa diajak belajar cepat dalam waktu yang relatif singkat untuk menguasai materi-materi yang seharusnya belum waktunya dipelajari. Dalam suatu program pasti akan ada kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Program Percepatan Kelas yaitu Program Akselerasi tidak terlepas dari Evaluasi Hasil Belajar Siswa karena tujuan utama dari penyelenggaran program percepatan ini adalah membentuk siswa berprestasi dalam proses pelajaran dan hasil belajar.Evaluasi yang dilakukan secara umum dalam akselerasi yaitu ulangan harian, ulangan umum, ebta/ebtanas, dan rapor yang diberikan sesuai dengan kalender pendidikan program percepatan.
Pada dasarnya akselerasi itu sebenarnya adalah proses percepatan pemberian materi pelajaran dalam waktu yang relatif sangat singkat. Sehingga siswa dituntut secara kecerdasan harus memiliki bakat akademik dan kecerdasan intelektual yang cukup tinggi.
Dalam program percepatan belajar untuk SD, SMP, dan SMA yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000, akselerasi didefinisikan sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan yangdiberikan bagi siswa dengan kecerdasan dan kemampuan luar biasa untuk dapat menyelesaikanpendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan.
Peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan adanya peningkatan kualitas program pembelajaran secara berkelanjutan dan berkesinambungan terutama dalam program pendidikan yaitu program akselerasi. Untuk meningkatkan kualitas program pembelajaran membutuhkan informasi tentang implementasi program pembelajaran sebelumnya dan membandingkan hasil program percepatan dengan yang sudah berhasil. Hal ini dapat diperoleh dengan dilakukannya evaluasi terhadap program pembelajaran secara periodik sehingga tujuan diadakan program percepatan pendidikan akan tercapai khusunya membentuk anak yang memiliki bakat akademik menjadi anak luar biasa yang berprestasi dan memiliki hasil belajar sangat memuaskan.
Untuk lebih mengoptimalkan peran guru dalam evaluasi program pembelajaran, maka sebaiknya guru sebagai aktor pelaksana pengajaran dalam evaluasi pendidikan siswa akselerasi mempunyai integritas memahami materi, menguasai teknik evaluasi, objektif dan cermat, jujur dan dapat dipercaya. Dalam mengembangkan program akselerasi menuju kesuksesan, sebaiknya guru memang melakukan studi banding dengan negara-negara yang sudah berhasil menerapkan program percepatan yang siswanya luar biasa memiliki bakat akademik dibandingkan siswa regular.
Dilihat dari pendekatan sistem pemecahan masalah, prestasi belajar siswa yang buruk bukanlah suatu masalah, melainkan gejala atau indikator adanya masalah.Disebut bukan masalah karena prestasi belajar siswa yang buruk adalah sebuah realitas. Rahasia mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi buruknya hasil belajar siswa, strategi manajemen sekolah macam apa yang harus diterapkan, strategi pembelajaran apa yang harus dikemas agar siswa tahu bagaimana memecahan masalahnya sendirilah yang menjadi masalah.
Dalam konsep manajemen mutu, menurut Sudarwan Danim (2007: 12 -13) mutu pendidikan dilihat dari empat perspektif, yaitu masukan, proses, keluaran atau prestasi belajar, dan dampak atau kualitas lulusan. Dengan demikian, kebiasaan menilai mutu proses pembelajaran hanya dengan melihatnya dari prestasi belajar siswa semata tidaklah tepat.Sehingga Evaluasi dalam pendidikan sangat dibutuhkan dalam penilaian program akselerasi
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan materi yang ada tersebut adalah Program Akselerasi sebagai program pendidikan yang dicanangkan pemerintah berusaha mewujudkan siswa yang memiliki kemampuan akademik luar biasa mampu memiliki prestasi belajar yang membanggakan.

Daftar Rujukan

Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Anas Sudijono (1998) Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada.

Asmani, Jamal Ma’mur (2011) Menjadi Guru Inspiratif, kreatif dan inovatif. Jogjakarta : Diva Press.

Wulandari, Lita Hariadi. 2005. Prestasi Belajar Ditinjau Dari Persepsi Siswa Terhadap Iklim Kelas 
Pada Siswa Yang Mengikuti Program Percepatan Belajar. Sumatera Utara : Jurnal Fakultas Psikologi Volume 1 (Diakses tanggal 22 Februari 2013) 






Senin, 24 Februari 2014

NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA PADA BUKU SISWA MATA PELAJARAN PPKn KELAS VII SMP BERDASARKAN KURIKULUM 2013



NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA PADA BUKU SISWA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP BERDASARKAN KURIKULUM 2013


NATION AND CHARACTER VALUES ON PANCASILA EDUCATION AND CITIZENSHIP BOOK FOR 7TH GRADERS BASED ON 2013 CURRICULUM


Probohayu Pertiwi Kusumaning Mastuti
Universitas Negeri Malang
E-mail: probohayu@gmail.com

ABSTRAK: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui nilai-nilai karakter bangsa yang terkandung dalam buku teks pelajaran PPKn serta wujud dari  nilai karakter bangsa tersebut. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif melalui teknik analisis isi (content analysis). Teknik analisis isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sah dari sebuah buku atau dokumen. Sehingga dalam penelitian ini, teknik analisis isi (Content Analysis) digunakan untuk mengkaji isi buku siswa mata pelajaran PPKn Kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013 yang bertujuan untuk  mendeskripsikan nilai-nilai karakter bangsa yang terkandung dan terwujud di dalam buku tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)delapan belas nilai karakter bangsa sudah terkandung pada buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP kurikulum 2013, dan (2)delapan belas nilai karakter bangsa tersebut terwujud di bagian pendahuluan, inti, dan penutup.
ABSTRACT: This research was conducted in order to determine the values which ​​contained in the national character of PPKn textbooks and as a manifestation of nation's values character. This research uses descriptive qualitative research approach through content analysis techniques. Content analysis technique is research methodology which benefitted a set of procedure to extract the valid conclusion from a book or a document. So, in this research, Content analysis technique usefulled to analys content of Student Guide Book Pancasila and Citizenship Education for Junior High School on Seventh Grade Based on 2013 Curriculum which have direction to describe nation and character values which ​​contained and materialized in the national character of PPKn textbooks and as a manifestation of nation's values character. This research This research are direction that (1)eighteen national character values ​​already contained in PPKn textbooks for SMP in curriculum 2013 (2) the values ​​contained in the national character of textbooks has been manifested in all parts of the authors , namely the introduction , the core and the cover portion.

Kata kunci : nilai-nilai karakter bangsa, Buku PPKn kelas VII, Kurikulum 2013
Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal dalam esensi utama pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Namun, apabila kita mencermati perjalanan hidup bangsa ini selama satu dasa warsa di era reformasi, nampak jelas adanya indikasi bahwa bangsa ini telah kehilangan stamina dan jati diri bangsa sebagai bangsa timur yang memiliki falsafat hidup adiluhung yaitu Pancasila. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa kasus yang sering terjadi di dunia pendidikan seperti kekerasan dan tindak kriminal. Karena kondisi negeri ini semakin krisis akan karakter bangsa, maka dibutuhkan pendidikan yang lebih mengutamakan nilai-nilai karakter untuk membangun kepribadian bangsa menjadi lebih baik, salah satu caranya adalah melalui pengintegrasian nilai karakter bangsa pada  mata pelajaran yang ada di sekolah.
Tarigan (1989:13) mengatakan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar yang disusun oleh para pakar dalam bidang tersebut dengan maksud dan tujuan instruksional yang dilengkapi sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu program pengajaran. Dalam hal ini sangat jelas bahwa buku teks plajaran merupakan salah satu media penting dan utama dalam mengintegrasikan nilai karakter bangsa kepada siswa. Sehingga buku siswa mata pelajaran PPKn memiliki kedudukan cukup penting dalam pembelajaran di kelas.
Sementara itu, dengan adanya pengembangan kurikulum terbaru saat ini yang sedang banyak didiskusikan para pendidik, yaitu kurikulum 2013.Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat komponen siswa dari sisi pengetahuan, ketrampilan dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya melalui pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Sehingga pembelajaran di bidang studi PPKn juga akan dikembangkan dengan kurikulum 2013.

Sebagaimana dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dalam Peraturan Nomor 32 tahun 2013, definisi operasional buku teks pelajaran merujuk pada pasal 1 Permendiknas Nomor 11 tahun 2005 yang didefinisikan bahwa Buku teks pelajaran adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik  dan kesehatan yang disusun berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
Dalam buku teks pelajaran, seluruh cakupan materi disusun sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan oleh pemerintah sehingga guru dan siswa menggunakan buku teks pelajaran sebagai acuan utama ketika proses belajar mengajar. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan yang mendefinisikan bahwa buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti. 
Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menunjukkan kandungan serta wujud dari nilai-nilai karakter bangsa pada buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pendidik maupun peserta didik mengenai nilai-nilai karakter bangsa yang ada pada buku siswa, karena dimungkinkan dengan adanya pengembangan kurikulum yang baru masih banyak pendidik maupun peserta didik yang belum mengetahui kandungan serta wujud karakter bangsa yang ada pada buku siswa.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis isi (content analysis) dalam mengkaji kandungan serta wujud nilai-nilai karakter bangsa pada buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen utama dalam penelitian. Penelitian ini berlokasi di Perpustakaan Universitas Negeri Malang dan SMP Negeri 3 Malang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yang pertama adalah buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013 dan sumber data yang kedua adalah hasil wawancara dengan pendidik dan peserta didik.
Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti mengikuti aturan yang disarankan oleh Philipp Mayring dalam Moeleong (2007) dengan didasarkan pada empat hal, yaitu (1)menyesuaikan materi ke dalam model komunikasi, jadi bagian materi yang disesuaikan dengan nilai karakter bangsa yang terkandung dan terwujud di dalam buku; (2)aturan analisis: materi yang dianalisis secara bertahap mengikuti aturan prosedur, yaitu membagi-bagi materi ke dalam satuan-satuan sehingga kandungan dan wujud nilai karakter bangsa yang ada pada buku siswa; (3)kategori adalah pusat dari analisis artinya kategori nilai-nilai karakter bangsa tersebut ditemukan dan kemudian dianalisis; (4)kriteria kredibilitas dan validitas: prosedur itu harus secara komprehensif inter-subjektif, yaitu dengan jelas membandingkan dengan penelitian lainnya dengan memanfaatkan triangulasi. Dalam hal ini peneliti membandingkan sumber data utama dengan sumber data sekunder melalui wawancara dengan pendidik dan peserta didik.
Selanjutnya, peneliti menganalisis data tersebut melalui beberapa tahpan analisis yaitu (1)Membaca atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data. Dalam tahapan ini, data yang digunakan adalah buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP kurikulum 2013 terbitan Kemendikbud Republik Indonesia tahun 2013; (2)Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data. Pada tahapan ini, kata-kata kunci yang digunakan adalah 18 nilai karakter bangsa yang akan ditemukan sebagai tema utama yang berasal dari data buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP Kurikulum 2013; (3)Menuliskan model yang ditemukan. Dalam tahapan ketiga ini, peneliti menuliskan temuan penelitian berupa wujud nilai karakter bangsa yang ada dalam isi buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013; dan (4)Koding yang telah dilakukan. Pada tahapan terakhir ini, untuk mempermudah pencarian data,analisis dilakukan menggunakan koding terhadap 18 nilai karakter bangsa yang akan ditemukan dalam isi buku. Kode yang diberikan pada 18 nilai karakter adalah sebagai berikut:(a)religius, (b)jujur,(c)toleransi, (d)disiplin, (e)kerja keras, (f)kreatif, (g)mandiri, (h)demokratis, (i)rasa ingin tahu, (j)semangat kebangsaan, (k)cinta tanah air, (l)menghargai prestasi, (m)bersahabat atau komunikatif, (n)cinta damai, (o)gemar membaca, (p)peduli lingkungan, (q)peduli sosial dan (r)tanggung jawab.
Dalam penelitian ini, diperlukan pengecekan keabsahan data untuk mengecek derajat balik kepercayaan atas hasil analisis yang dilakukan peneliti terhadap buku.Untuk mengecek keabsahan data, penelitian dilakukan teknik triangulasi sumber dengan melakukan wawancara terhadap pendidik dan peserta didik terkait kandungan dan wujud nilai-nilai karakter bangsa pada buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013.Selanjutnya, setelah pengecekan keabsahan data diperoleh dan beberapa data yang sudah diperoleh.Kemudian, peneliti mengolah data dalam wujud laporan penelitian berupa skripsi melalui beberapa tahap penelitian yang sudah dipaparkan sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai-nilai Karakter Bangsa pada Buku Siswa
Materi pada sebuah buku teks akan dibaca dan dipahami oleh para pemakai (siswa). Pemahaman materi yang terdapat di buku teks pelajaran diharapkan mampu menanamkan nilai – nilai karakter bangsa pada diri siswa, sehingga siswa mampu mengimplementasikan nilai-nilai karakter tersebut pada kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan dari Greene and Petty (dalam Tarigan, 1989:20-21) mengenai butir-butir kualitas tinggi sebuah buku teks adalah  buku teks itu haruslah mampu memberi pemantapan penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa.
Dalam hal tersebut, nilai-nilai yang ditekankan pada anak ataupun siswa adalah nilai karakter bangsa yang dianggap sebagai nilai yang mengungkap jati diri siswa tersebut dalam menjalani kehidupan sehari-hari.Sesuai dengan penyataan yang diungkapkan Muslich (2011:70) bahwa karakter bangsa dikatakan sebagai kondisi watak yang merupakan identitas bangsa. Oleh karena itu peneliti berusaha mengungkap nilai-nilai karakter bangsa yang ada pada buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013 terbitan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis pada buku siswa mata pelajaran PPKn yang berjudul Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas VII SMP kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2013 dengan kontributor naskah Lukman Surya Saputra dan Wahyu Nugroho, didapatkan hasil bahwa materi yang terdapat pada buku tersebut sudah mengandung delapan belas nilai karakter bangsa sesuai dengan rintisan dari Kemendiknas (2010:9-10). Dijelaskan dalam hasil paparan data dan temuan penelitian, bahwa setiap bab yaitu bab I, bab II, bab III, bab IV, bab V, bab VI, bab VII, dan bab VIII dalam materi buku teks PPKn Kelas VII SMP Kurikulum 2013 terbitan Kemendikbud Republik Indonesia tahun 2013 telah mengandung nilai-nilai karakter bangsa sesuai dengan rintisan Kemendikas (2010:9-10).
Nilai-nilai karakter bangsa yang terkandung pada buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP kurikulum 2013 terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2013 diperoleh dari uraian materi yang berkaitan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013 (Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013). Membandingkan hasil kajian analisis peneliti terhadap buku siswa dan wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran PPKn serta siswa kelas VII SMP Negeri 3 Malang, maka terdapat kesesuaian antara hasil analisis peneliti dengan hasil wawancara mengenai kandungan delapan belas nilai-nilai karakter bangsa yang ada pada buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013.
Adapun nilai-nilai karakter bangsa yang terkandung pada buku siswa mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013 tersebut adalah (1)religius,(2)jujur, (3)toleransi, (4)disiplin, (5)kerja keras, (6)kreatif, (7)mandiri, (8)demokratis, (9)rasa ingin tahu, (10)semangat kebangsaan, (11)cinta tanah air, (12)menghargai prestasi, (13)bersahabat atau komunikatif, (14)cinta damai, (15)gemar membaca, (16)peduli lingkungan, (17)peduli sosial, dan (18)tanggung jawab. Kedelapan belas nilai karakter bangsa yang terkandung pada buku siswa tersebut sudah sesuai dengan teori yang dipaparkan dalam Tabel 1.1 mengenai nilai dan deskripsi nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Kemendiknas, 2010:9-10). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang ditemukan adalah adanya kandungan nilai-nilai karakter bangsa pada buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013.

Wujud Nilai-nilai Karakter Bangsa pada Buku Siswa
Hasil analisis  yang ditemukan mengenai wujud dari nilai-nilai karakter bangsa yang ada pada buku siswa terdapat di seluruh bagian buku pelajaran. Penulis buku mewujudkan delapan belas nilai nilai karakter bangsa sesuai dengan rintisan Kemendiknas (2010:9-10). Delapan belas nilai karakter bangsa yang terkandung pada buku siswa diwujudkan dalam tiga bagian besar dalam setiap bab. Bagian buku tersebut terdiri atas bagian pendahuluan, bagian inti, dan bagian penutup.
Dalam setiap bagian buku tersebut terdapat beberapa subbagian. Bagian pendahuluan terdiri atas kalimat motivasi dan lustrasi gambar serta tujuan dan ruang lingkup pembelajaran; Bagian inti terdiri atas uraian materi pelajaran, tugas individu, dan tugas kelompok; dan Bagian penutup terdiri atas refleksi, uji kompetensi, penilaian afektif, dan praktik kewarganegaraan.Berdasarkan hasil analisis dan kategori yang dilakukan peneliti terhadap buku siswa. Peneliti membandingkan derajat kepercayaan informasi hasil analisis terhadap  buku dengan hasil wawancara dengan pendidik dan peserta didik. Sesuai hasil wawancara yang diperoleh terdapat kesesuaian antara informasi analisis buku dengan pernyataan dari pendidik dan peserta didik.
Guru mata pelajaran PPKn kelas VII SMP Negeri 3 Malang mengatakan bahwa nilai karakter yang diwujudkan penulis pada buku diwujudkan di setiap awal kegiatan pembelajaran, seperti contoh ketika awal kegiatan pembelajaran guru pernah mengajak siswa menyanyikan lagu garuda di dadaku untuk menunjukkan rasa nasionalisme kita sebagai warga negara Indonesia. Selain itu, peserta didik juga mengatakan bahwa kandungan nilai karakter bangsa pada buku siswa diwujudkan di setiap kegiatan pembelajaran PPKn yang cukup menyenangkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil kajian analisis peneliti terhadap buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013 sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan pendidik dan peserta didik di SMP Negeri 3 Malang.
Sesuai hasil kajian analisis yang dilakukan peneliti terhadap isi buku siswa, didapatkan hasil bahwa setiap rancangan kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dalam setiap bab oleh penulis sudah mewujudkan nilai-nilai karakter bangsa yang ditanamkan dalam diri siswa di seluruh bagian buku teks pelajaran. Setelah hasil analisis tersebut didapatkan peneliti, peneliti berusaha membanding- kan hasil penelitian yang dilakukan melalui hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran PPKn dan siswa kelas VII yang sudah menggunakan buku teks PPKn tersebut dalam proses pembelajaran di sekolah. Sehingga didapatkan hasil bahwa seluruh bagian dari buku siswa mata peljaran PPKn kelas VII SMP yang disajikan penulis sudah mewujudkan delapan belas nilai-nilai karakter bangsa yang sesuai dengan rintisan dari Kemendiknas (2010:9-10).
Pada setiap bab yang ada pada buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP sudah menyajikan materi pelajaran yang mampu mengembangkan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga hal tersebut disajikan penulis buku melalui berbagai bagian yang terangkum dalam bagian pendahuluan, bagian inti dan bagian penutup.Bagian pendahuluan misalnya, di setiap awal pembelajaran penulis buku selalu menyajikan apersepsi berupa sebuah kalimat motivasi yang mampu memberi stimulus motivasi belajar dan mengembangkan karakter baik dalam diri siswa.Kalimat motivasi yang disajikan penulis dalam bagian pendahuluan tersebut sesuai dengan butir-butir kualitas tinggi buku teks menurut Greene and Petty (dalam Tarigan, 1989:20-21) yaitu buku teks itu haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa yang memakainya.
Lebih lanjut lagi, pada bagian inti materi pelajaran penulis selalu menyajikan uraian materi pelajaran yang cukup menarik melalui tugas-tugas yang disajikan untuk siswa.Tugas-tugas tersebut secara tersirat mengandung nilai karakter bangsa, dalam tugas individu siswa dilatih mengembangkan karakter kemandirian sedangkan dalam tugas kelompok siswa dilatih mengembangkan karakter bersahabat atau komunikatif.Pada bagian inti pelajaran, uraian materi serta tugas-tugas yang disajikan sudah mencakup ketiga aspek yang diutamakan dalam karakteristik kurikulum 2013, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik kurikulum 2013 yang dijabarkan dalam Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 mengenai kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menengah Pertama yaitu mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
Buku siswa mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tersebut menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013, siswa diajak menjadi berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatan pada buku ini sangat penting. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam berbagai bentuk kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam. Hal tersebut diungkapkan oleh Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan Nasional dalam Muslich (2011).
Sesuai dengan ungkapan Menteri Pendidikan Nasional tersebut, penulis buku sudah mewujudkan nilai karakter bangsa rasa ingin tahu dalam setiap materi yang diwujudkan melalui tugas individu maupun tugas kelompok.Melalui tugas tersebut, siswa diminta mencari jawaban dari berbagai sumber supaya siswa memiliki karakter rasa ingin tahu dan mampu mengembangkan karakter gemar membaca melalui tugas-tugas tersebut.
Sementara itu, ditinjau dari aspek psikomotorik terhadap penyajian tugas-tugas yang diberikan penulis mampu mencakup secara keseluruhan nilai karakter bangsa sesuai rintisan Kemendiknas (2010:9-10). Selain dari aspek psikomotorik, peneliti berusaha meninjau aspek lain yang harus dikembangkan dalam diri siswa agar ketiga aspek seimbang. Aspek kognitif yang disajikan penulis dalam isi buku teks adalah berupa uraian materi yang secara tersirat mengandung nilai karakter bangsa.Kemudian, aspek afektif yang ditekankan pada perilaku siswa yang dipaparkan penulis dalam bagian penutup pelajaran berupa penilaian afektif.Dalam penilaian afektif tersebut yang ditekankan adalah penilaian sikap serta perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukannya.
Lebih lanjut lagi, pada bagian penutup materi pelajaran dalam buku siswa penulis menyajikan bagian refleksi serta uji kompetensi yang selalu diberikan di setiap akhir bab. Kedua bagian tersebut disajikan penulis dengan tujuan mengembangkan karakter mandiri dalam diri siswa. Selain itu, di akhir bab materi pelajaran penulis juga menyajikan praktik kewarganegaraan sebagai wujud pengembangan karakter dalam diri siswa. Praktik kewarganegaraan tersebut merupakan portofolio pembelajaran yang disusun secara sederhana dan dikerjakan secara mandiri oleh siswa.Namun tidak seluruh aktivitas kewarganegaraan dikerjakan secara individu karena ada yang dikerjakan secara berkelompok.Meskipun demikian, nilai karakter tetap dikembangkan di dalamnya yaitu nilai karakter bersahabat atau komunikatif sebagai salah satu nilai karakter bangsa yang dirintis oleh Kemendiknas (2010:9-10).
Namun, ketika membandingkan kembali hasil analisis peneliti terhadap buku siswa dan hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran PPKn, terhadap pernyatataan guru yang mengatakan bahwa adanya materi yang membingungkan dalam beberapa bab terkait karakter cinta tanah air dan semangat kebangsaan yang menonjol di dalamnya. Hal tersebut juga dialami peneliti ketika menganalisis buku dan menemukan nilai karakter bangsa yang kurang difokuskan dalam bab II, bab III, bab V, dan bab VI. Pada keempat bab tersebut nilai karakter yang muncul cenderung kepada karakter cinta tanah air dan semangat kebangsaan sehingga karakter yang lain hanya menjadi karakter tambahan yang tidak difokuskan atau diutamakan. Sedangkan empat bab lain yaitu bab I difokuskan pada karakter religius, bab IV difokuskan pada karakter disiplin, bab VII difokuskan pada karakter cinta damai, dan bab VIII yang lebih difokuskan pada karakter toleransi.
Setelah peneliti membandingkan antara hasil analisis dan hasil dari wawancara yang dilakukan, didapatkan ketidak sesuaian antara karakteristik kurikulum 2013 mengenai empat aspek utama pada kompetensi inti yang dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 dengan rancangan kegiatan pembelajaran dalam buku siswa mata pelajaran PPKn Kelas VII SMP.  Dalam Permendikbud Nomor 68 tahun 2013 tersebut menyatakan bahwa kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi inti 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti4). Namun, pada kenyataannya setelah hasil analisis dan wawancara dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dalam buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013 tersebut belum mampu mengintegrasikan empat aspek utama yang ada di kompetensi inti secara seimbang. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih adanya karakter yang menonjol pada setiap bab sehingga dikatakan belum mampu mengembangkan dan mengintegrasikan antara pembelajaran tidak langsung (indirect teaching)yang seharusnya ada ketika pembelajaran langsung (direct teaching) pada mata pelajaran PPKn kelas VII SMP yang menggunakan kurikulum 2013. Dalam buku siswa tersebut justru ditemukan uraian materi serta rancangan kegiatan pembelajaran yang cenderung langsung tanpa menyeimbangkan antara pembelajaran tidak langsung (indirect teaching)yang mengandung kompetensi I berkaitan dengan keagamaan dan kompetensi II berkaitan dengan sosial di dalam pembelajaran langsung (direct teaching)  yang berkaitan dengan kompetensi III yaitu pengetahuan serta kompetensi IV yaitu penerapan pengetahuan.
Berdasarkan hasil pembahasan yang sudah dijelaskan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa buku teks pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013 sudah mewujudkan nilai-nilai karakter bangsa sesuai rintisan Kemendiknas (2010:9-10) dalam seluruh bagian buku teks pelajaran PPKn Kelas VII SMP yaitu bagian pendahuluan berupa apersepsi kalimat motivasi, ilustrasi gambar serta ruang lingkup dan tujuan pembelajaran; bagian inti berupa uraian mateti, ilustrasi foto atau gambar, tugas individu dan tugas kelompok; serta bagian penutup berupa refleksi, uji kompetensi, penilaian afektif, dan praktik kewarganegaraan.
Namun, dalam uraian materi dan rancangan kegiatan pembelajaran yang ada dalam buku siswa masih belum mampu secara maksimal dalam mengintegrasikan dan menyeimbangkan empat aspek utama yaitu aspek keagamaan dan sosial sebagai pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yang dikembangkan saat siswa belajar mengenai pengetahuan dan penerapan pengetahuan dalam pembela- jaran langsung (direct teaching).
Upaya pembentukan karakter yang sesuai tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan luar sekolah, akan tetapi juga melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan, seperti: kedamaian (peace), menghargai (respect), kerjasama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih sayang (love), tanggung jawab (responbility), kesederhanaan (simplicty), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity) sesuai dengan pernyataan Ghufron (2010:3) mengenai nilai hidup bersama yang secara universal dirumuskan dalam berbagai karakter. Pembiasaan itu bukan hanya mengajarkan (aspek kognitif) mana yang benar dan salah, akan tetapi juga mampu merasakan (aspek afektif) nilai yang baik dan tidak baik serta bersedia melakukannya (aspek psikomotorik) dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut perlu ditumbuhkembangkan peserta didik yang pada akhirnya akan menjadi pencerminan hidup bangsa Indonesia.
Seluruh kegiatan yang telah disajikan penulis pada buku teks pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas VII SMP kurikulum 2013 tersebut sudah mencakup ketiga aspek utama dalam pembelajaran yaitu aspek kognitif, aspek psikomotorik dan aspek afektif sesuai dengan tuntutan dalam kompetensi inti kurikulum 2013 (Permendikbud Nomor 68 tahun 2013) yang harus menggambarkan kualitas seimbang antara hard skills dan soft skills serta mengembangkan keseimbangan antara sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan paparan data dan hasil penelitian yang ditemukan mengenai nilai-nilai karakter bangsa pada buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013, maka kandungan nilai-nilai karakter bangsa yang terdapat pada buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP/MTS berdasarkan kurikulum 2013 meliputi: (a)religius, (b)jujur, (c)toleransi, (d)disiplin, (e)kerja keras, (f)kreatif, (g)mandiri, (h)demokratis, (i)rasa ingin tahu, (j)semangat kebangsaan, (k)cinta tanah air, (l)menghargai prestasi, (m)bersahabat atau komunikatif, (n)cinta damai, (o)gemar membaca, (p)peduli lingkungan, (q)peduli sosial, dan (r)tanggung jawab. Deskripsi dari kandungan nilai-nilai karakter bangsa yang terdapat pada buku siswa mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tersebut sudah sesuai dengan rintisan dari Kemendiknas (2010:9-10).
Nilai-nilai karakter bangsa yang terkandung dalam buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013 terwujud di seluruh bagian buku pelajaran, yaitu bagian pendahuluan yang terdiri dari bagian motivasi dan ilutrasi gambar serta bagian tujuan dan ruang lingkup materi pembelajaran; bagian inti yang terdiri dari uraian materi pelajaran, tugas individu, tugas kelompok, dan ilustrasi gambar; serta bagian penutup yang terdiri dari refleksi, uji kompetensi, penilaian afektif dan praktik kewarganegaraan.

Saran
Berdasarkan paparan data dan hasil penelitian yang ditemukan mengenai nilai-nilai karakter bangsa pada buku siswa mata pelajaran PPKn kelas VII SMP berdasarkan kurikulum 2013, maka peneliti dapat memberikan saran bagi penulis diharapkan untuk merevisi terkait materi dengan membuat lebih spesifik kajian materi mengenai konstitusi dengan UUD 1945 supaya tidak dianggap membingungkan oleh guru mata pelajaran PPKn kelas VII SMP. Materi yang ada pada bab II, bab III, bab V, dan bab VI dianggap membingungkan oleh pihak yang menggunakan buku tersebut.
Selain itu, bagi penulis diharapkan mampu menyesuaikan antara pengembangan kurikulum 2013 pada kompetensi inti dalam pembelajaran yang dirancang tidak langsung (indirect teaching) dan dikembangkan serta disisipkan dalam pembelajaran langsung (direct teaching) yang mencakup aspek keagamaan dan sosial dalam pengetahuan dan penerapan pengetahuan ketika pembelajaran berlangsung.

Daftar Rujukan

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Permendikbud No. 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah.(Online), (http://www.ikapidkijakarta.com/ikapiblog/wpcontent/uploads/2013/08/06.-B.-Salinan-Lampiran-Permendikbud-No.-68-th-2013-ttg-Kurikulum-SMP-MTs.pdf) diakses tanggal 3 Oktober 2013.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. (Online), (http://kesbangpol.Kemendagri. go.id) diakses tanggal 21 November 2013.
Rajasa, Hatta M. 2007. Memaknai Kemerdekaan dari Perspektif Pembinaan Karakter. (Online), (http://www.setneg.go.id/ index.php?option= com_content&task=view&id=738&itemid=135) diakses tanggal 30 Agustus 2013.
Saputra, Lukman Surya dan Wahyu Nugroho.2013. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas VII SMP/MTS Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan.1989. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia.Bandung: Angkasa.